Menonton penampilan para komika Magelang ini seperti menyesap kopi racikan barista seluruh penjuru dunia. Saya mendapatkan inti pengalaman yang bervariasi.
Saat Aziz tampil, saya seperti ditarik ke masa kecil. Aziz piawai memainkan materi-materi generasi 90an. Lebih spesifik lagi, mainan bocah. Jangan ditanya gesturnya. Aziz adalah rekaman tren generasi 90an yang berjalan.
Bila Fadil naik panggung, saya merasakan ambisi menggelegak yang terbungkus dalam tubuh tambun dan wajahnya yang polos. Mirip si Panda dalam Kung Fu Panda. Dia hanya perlu melumerkan sikapnya supaya layak menjadi “Pendekar Naga”.
Sedangkan bila Rizky yang berkomedi, saya takjub dengan kelihaiannya membaca pola-pola materi stand up comedy. Dalam usianya yang 14 tahun (3 tahun lebih muda dari saya), Rizky telah menjadi komika dengan teknik yang komplet. Ibarat motor, mesinnya sudah oke. PR Rizky sekarang tinggal rajin-rajin mengisi bahan bakar komedi yang beroktan tinggi.
Di sudut lain, stand up comedy Magelang masih punya sesepuh yang belum habis. Para ksatria komedi yang masih belum waktunya untuk madeg pandhita. Belum saatnya para pendekar ini menjadi pertapa; bersemadi dan hanya turun gunung bila perlu. Belum tiba waktunya para Hokage ini mengambil jarak dengan dunia stand up comedy. Karena terpenting, sampai saat ini stand up comedy magelang masih membutuhkan mereka.
Contohnya, mereka perlu ‘memberi pelajaran’. Menjadi sparring partner bagi komika-komika baru.
Ya, dalam “Komika Terakhir: The Last Show” alias “The Last Comic, The Last Show” malam nanti, komunitas kami ‘terpecah’. Menjadi dua kubu. Klan “Oldies” yang terdiri dari Aziz, Tidar, Wenwen, Mufid, dan Dedi. Klan “Newbies” yang beranggotakan Masna, Rizky, Fadil, Michael, dan Ariza.
Mereka akan mengadu ilmu kanuragan di panggung Gedung Kyai Sepanjang. Bersamaan dengan Fesbuk: Festival Buku helatan Perpus Kota Magelang.
Di The Last Show nanti jam 7 malam, para komika Magelang akan mempertunjukkan kelayakan. Satu pihak ingin membuktikan bahwa merekalah “The Last Comic” sesungguhnya. Pihak lain ingin memberi pernyataan tegas bahwa mereka belum thelast (dibaca telas).
Jadi, hadirilah pertandingan akbar tahun ini. Nikmati semabuk-mabuknya berbagai inti pengalaman tawa yang disajikan komika Magelang.
Inti pengalaman yang terkuak berkat diseduh perjuangan ekstra keras. Diaduk-aduk dengan nuansa kompetisi yang ketat. Menghasilkan aroma yang begitu nikmat. *malah iklan kopi
Tentu saja disajikan dalam cangkir yang putih bersih. Sebersih niat kami mengadakan kompetisi internal Komika Terakhir ini. Tidak ada pretensi apa-apa selain mengajak Anda tertawa bersama.